rss

Bookmark and Share

Ikan Tongkol oh Ikan Tongkol..

Subhanallah, bisa dibilang saya semalam rasanya seperti pasrah dan tidak berdaya..kepala berat secara tiba-tiba dan perut terasa sakit terlebih Jantung berdebar sangat kencang. saya coba bawa tidur tapi rasanya sangat sulit, sambil mengucap Syahadat berulang-ulang dan Istighfar didalam hati seolah-olah diri ini merasa apakah hidup cukup sampai disini? Lalu saya pun mencoba bangun tapi sangat sulit tubuh untuk digerakkan, rasanya seperti tertindih batu besar.

Subuh, pukul 4.30wib

Tiba-tiba mata ini terbangun dari tidur, terdengar suara adzan ditelinga.. "Alhamdulillah.."ucap saya dalam hati, ternyata masih bisa bangun. Timbul pertanyaan besar, semalam itu saya kenapa sih? serentak saya tanyakan kepada nyokap (baca: Ibu) saya dan ternyata nyokap bilang bahwa saya kemungkinan keracunan makanan.." loh koq bisa? makanan apa?"tanya saya. "Ikan Tongkol" ucapnya seraya memberikan sesuatu kepada saya.

 Ooh..saya ternyata keracunan gara-gara ikan Tongkol jahanam itu, emang sih kemarin itu saya rada malas makan ikan Tongkol tapi karena di campur sambal tentunya membuat lidah saya tergiur. Akhirnya saya dikasih obat penawar racun oleh nyokap, yaitu Norit. Setelah saya minum norit, alhamdulillah saya udah lumayan baikan sekarang.

 Tapi anehnya anggota keluarga saya yang lain kenapa gak keracunan ya? ternyata eh ternyata, stamina serta kondisi tubuh saya sebelumnya memang sedang tidak fit (flu n batuk) dan kebetulan si Ikan Tongkol tersebut gak tau kenapa menyebabkan keracunan.

 Pelajaran yang bisa saya catat kali ini adalah :
1. Saat kondisi tubuh sedang tidak fit, sebaiknya kudu menjaga pola makan yang teratur.
2. Tidak makan sambal-sambalan.
3. Tidak makan Ikan Laut.
4. Segera minum Norit (penawar racun) atau obat lain yg bisa mencegah.

  Berikut ini saya mau catat juga mengenai Norit sang penawar racun yang diambil dari blog Warta Medika:


Norit hanyalah salah satu nama dagang dari karbon aktif (ada yang menyebutnya arang aktif). Karbon aktif merek Norit ini diproduksi oleh NORIT Pharmaceuticals yang berbasis di Amersfoort, Nederland. Sedangkan merek lain misalnya, InstaChar, SuperChar, Actidose, Liqui-Char, dll.

Bahan baku untuk membuat karbon aktif cukup beragam, antara lain : kayu, batu bara, kulit kacang, atau serbuk gergaji. Bahan baku ini kemudian ‘diaktifkan’ dengan cara kimia, yaitu dengan mencampurnya dengan asam, atau dengan cara mengukusnya menggunakan uap atau gas pada temperatur tinggi. Hasilnya adalah arang berwarna hitam legam, namun tak berbau dan tak berasa.

Jika karbon aktif diperiksa dibawah Scanning Electron Microscopy, akan terlihat pori-pori dalam jumlah yang sangat besar. Pori-pori ini mempunyai ukuran yang bermacam-macam. Pori-pori yang berukuran lebih dari 50 nm disebut macropores, 2 nm – 50 nm mesopores, dan di bawah 2 nm micropores. Jika kita hitung, maka 1 gram karbon aktif mempunyai luas permukaan pori-pori 0,5 sampai 1,5 kilometer persegi. Suatu jumlah yang luar biasa.

Dengan gaya Van der Walls yang dimilikinya, pori-pori yang sangat luas ini mampu menangkap berbagai macam bahan, termasuk bahan beracun. Oleh karena itu karbon aktif dapat digunakan pada kasus overdosis obat, keracunan makanan, atau tertelan bahan beracun. Namun, kemampuannya menangkap racun ini hanya terjadi di lambung dan usus, ketika zat beracun belum terserap dan masuk ke dalam peredaran darah. Sehingga, semakin cepat diberikan, semakin banyak racun yang dapat diserap.

Tidak semua bahan dapat diserap oleh karbon aktif. Beberapa diantaranya yang tidak dapat diserap adalah litium, asam atau basa kuat, logam dan bahan inorganik (misalnya, natrium, besi, timah, arsen, yodium, fluorin, dan asam borat), alkohol (misalnya etanol, metanol, isoprofil alkohol, glikol, dan aseton), dan hidrokarbon (seperti minyak tanah, bensin, oli, dan hidrokarbon tumbuhan seperti minyak pinus). Sehingga, pada kasus keracunan zat-zat ini, karbon aktif tidak boleh diberikan.


Semoga bermanfaat.

Related Posts with Thumbnails