rss

Bookmark and Share

Sang Kakek

Entah rasa apa yang membuat diri ini selalu kangen kepada sosok seorang kakek penuh canda dan tawa dalam kesehariannya, sedih dan senyum kadang menghampiri ketika kami kembali teringat padanya.


Sepuluh tahun sebelum Indonesia merdeka, tepatnya sekitar tahun 1935 di Pangkalan Jati, Kabupaten Bogor (Sekarang Kota Depok) beliau dilahirkan, kerasnya kehidupan dimasa itu membuat beliau dan masyarakat umumnya berjuang untuk bertahan hidup dengan berbagai cara seperti bertani dan berdagang.


Masa muda beliau, dijalani dengan berdagang mulai dari Karet hingga ke Muara Angke dan sekitarnya; Kota,Jembatan Merah,Jembatan Busuk adalah tempat beliau berdagang waktu itu, karena memang disanalah adanya aktifitas ekonomi pada saat itu. Dimasa itu pula beliau sempat bertemu dengan seorang warga Belanda yang meminta dibuatkan contoh Kendang dan akhirnya memesan 100 buah kendang dengan berbagi ukuran dan beliau buat bersama orang tua dan saudara-saudaranya. Masa mudanya beliau pernah mendirikan Grup Orkes Melayu bersama saudara-saudaranya dan bermain dari kampung ke kampung yang cukup populer pada masa itu dan berhenti diawal tahun 1970-an. Di era tahun 1970 hingga tahun 1980 beliau menekuni pekerjaan sebagai Tukang Kayu dari membuat rangka bangunan hingga furniture perlengkapan rumah tangga.


Beliau dikenal humoris,ramah,dan kadang berbicara keras namun sangat menghormati orang tuanya, bahkan Ibunya pun sempat memberikan julukan sebagai "anak yang tidak pernah ngerepotin" dan beliau sangat bangga dengan keluarganya; Bapak,Ibu dan Kakeknya yang dikenal sebagai guru ngaji dengan panggilan Guru Milin, juga kepada anak-anaknya. Dengan pendiriannya yang keras dan keinginan yang kuat, menjadikan anak-anaknya bangga akan sosok seorang yang tidak pernah sekolah dan hidup dalam kesederhanaan itu.



Dua tahun terakhir sebelum wafat, beliau mengalami kecelakaan pada saat menyeberangi jalan dan kami menyikapinya sebagai waktu dimana beliau harus istirahat dirumah menjalani masa tuanya, dan itu menjadikan kami anak-anaknya jadi lebih sering berkomunikasi satu sama lain. Sekarang Kami merasa beliau tetap ada didekat kami, beliau hanya berpindah tempat tinggal saja yang kami bisa kunjungi kapan saja dan suatu saat nanti kami pasti akan berkumpul kembali.


Tulisan ini hanyalah untuk mengenang beliau semasa hidupnya, agar kami bisa selalu tersenyum. Selamat tinggal kakek, semoga engkau selalu tersenyum di sana.


Mengenang Almarhum
Saman bin H.Saleh bin Milin
15 Mei 1935 - 13 Pebruari 2008





"Ya Allah Ya Tuhan kami, ampunilah kami dan dosa-dosa orang tua kami, dan bagi semua orang Islam laki-laki dan perempuan, orang-orang mu'min laki-laki dan perempuan. Sesungguhnya Engkau Dzat Yang Maha Kuasa atas segala-galanya".
Related Posts with Thumbnails